Cepen HOROR - SEBUAH KEJADIAN YANG ANEH

                                                 


       

                                              SEBUAH KEJADIAN YANG ANEH



Namaku Retsu berumur 10 tahun pada masa itu. aku teringat cerita cerita cerita masa kecilku dan cerita orang tua ku

Kejadiannya pada kala itu adalah aku dan keluargaku baru  pindah rumah di asrama guru tempat bapak mengajar.  suasana ketika pindah ke rumaa ini. aku merasakan hal hal yang aneh dan suasana yang berbeda yang belum pernah aku alami sama sekali. Aura negatif dan penciuman pekat yang aku rasakan ketika sampai di asrama itu membuat nyali ku ciut dan kecut!. Maklumlah posisi yang kami tepati bersebelahan dengan pemakaman muslim.

Konon, pemakaman muslim di sini  hanya khusus untuk anggota keluarga yang boleh menguburkan jenazah.
Pernah suatu ketika warga yang ingin menguburkan sanak saudaranya di pemakanan muslim tempat ini di tolak oleh yang punya makam. Betapa kecewa dan sedihnya warga tersebut melihat keputusan pak Husein sang pemilik makam. “Mungkin saja Pak Husein ini ingin semua sanak saudaranya  berkumpul di pemakaman ini” Berkumpul di alam Bazrah melihat kedamaian.” Pikirku sambil termenung.”

Aku begitu takut mendengar soal kematian. Setiap kali orang yang dipanggil oleh Allah dan menguburkan di pemakaman dekat tempat tinggal ku membuat aku tak berdaya. Muka ku pucat, jantungku berdetak dengan kuatnya ketika melihat jenazah dimasukkan ke liang lahad.”Bagiku kematian merupakan sesuatu yang fana dan mengerikan jikalau kita tidak mempunyai bekal untuk  akhirat nanti.”Aku berharap dan berharap semoga arwah yang dikebumikan di pemakaman samping rumahku tidak mengganggu dan menakuti kami dan tidak membalas dendam kepada yang mengusik semasa hidupnya.

“Aku masuk ke rumah dengan muka yang pucat.” Ibuku heran melihat keadaanku yang seperti itu.

“ada apa dengan kamu Retsu?”
“mengapa mukamu pucat dan gemetaran?“.

“Apakah kamu ada masalah.”

“Tidak ada apa apa bu’. Aku hanya takut melihat orang yang memakamnkan jenazah di samping rumah kita.”

“Oh.. masalah itu” Ya udalahh kamu istirahat saja fajar. Banyak istigfar. Tenangkan dirimu. Jangan lupa berdoa kepada Allah.

“Iya bu’...

Tak terasa hari sudah malam kami berkumpul bersama keluarga dan menikmati hidangan yang telah disiapkan ibu. “ aku duduk di samping bapak, adikku yang nomor empat, lima, enam dan tujuh duduk di sebelah ibu. Kami 7 saudara, kebetulan dua saudarakku Maya dan Andi tidak berada di sini. Mereka sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak bisa menyempatkan untuk makan malam bersama.
  Percakapan kami pun dimulai. Sambil menyantap makanan di meja makan, Bapak menasihatiku;
Fajar... janganlah kamu takut akan mahluk gaib yang berwujud setan, hantu dan sejenisnya. Mereka adalah sama-sama ciptaan Allah. Perlu kau takuti itu hanyalah Allah yang menciptakan kita. Tiada tuhan selain Allah.
Begitulah bapak menasihatiku dengan penuh perasaan.” Aku termenung dan mendengarkan kata demi kata yang keluar dari mulut Bapak.”

Mengerti Retsu. !! dengan suara yang agak keras bapak menasihatiku.

Mengerti pak! “Sahutku dengan suara yang pelan”

Retsu berjanji akan selalu ingat pesan Bapak dan akan selalu mengamalkannya.

Ya.. kalau begitu baguslah..”ujar Bapak”.

Makan malam kami sudah selesai. Bapak bercerita lagi, tapi tentang topik yang berbeda. Bapak bercerita tentang penghuni sekolah dekat tempat tinggal kami. Sekolah ini sudah berumur puluhan tahun lamanya dan sudah beberapa kali dilakukan renovasi. Banyak kejadian-kejadian aneh yang sering bapak alami, termasuk melihat langsung mahluk itu. Aku dan adik-adikku termangu menyaksikan cerita bapak sambil meminum secangkir kopi hangat yang dihidangkan oleh  ibuku. “Suasana tampak menegangkan. Udara malam benar-benar sejuk menyusup sendi-sendir tulang kami”.

  Benar-benar horor malam ini. Bercerita tentang hantu yang sering menakuti orang-orang di sekitar asrama ini.

“Hantu punggung” Begitu sebutannya."

Konon hantu punggung itu muncul ditengah malam buta ketika orang-orang tengah asik berlayar menikmati perjalanan mimpi. Hantu punggung. Kaki menghentak keras ke bumi. Berlari kesana kemari dengan punggungnya.

Kejadian itu pernah dialami pak Agus.

suatu malam di kawasan asrama rumah pak Agus terdengar suara yang menghentak lantai depan rumahnya. Pak agus yang lelap tidur pun terbangun mendengar suara injakan kaki yang mengerikan.  Perlahan demi perlahan dia berjalan mendekati suara itu yang berada di depan pintu rumahnya. Suara itu semakin keras. Perasaan Pak Agus mulai tidak tenang.

“Dibukanya pintu itu dengan tenang. “
Stttt....!!!

“Astarfirullah allazim”.

“Siapa kammmuuu”...!!!

Hannnnttuuuu.....!!!!!

“Pak Agus terperanjat dan berteriak melihat sosok mahluk aneh itu”. Hantu punggung benar-benar hantu punggung. Dikakinya penuh lumuran darah. Punya mata dan mulut.
Panik bukan main. Dibacakannya ayat suci Al-qur’an kehadapan hantu punggung itu. Hantu punggung itu menjerit dan langsung menghilang
“Mimpi apa aku ini. Tiba-tiba aku datangi hantu yang aneh itu. Pikir pak Agus”

Pak Agus pun langsung masuk ke rumahnya dengan muka yang pucat sambil mengucap istigfar.
Mendengar cerita  bapak tentang hantu punggung yang menakuti pak Agus, kami jadi takut untuk keluar rumah. Benar-benar horor tempat ini. Pikirku dengan perasaan takut. Adikku ber-empat tertidur pulas mendengar bapak cerita. Mungkin mereka tak ingin mendengar cerita yang mengerikan itu. Ibu asik menonton TV. Tinggal aku dan Bapak yang masih duduk berdua di meja makan.

Hari pun sudah larut malam dan aku masih membayangkan cerita bapak tadi. Semoga saja penghuni di sini tidak mengganggu kami dan aku bisa dengan bebas bermain di kawasan ini. itulah doa yang selalu aku panjatkan agar tidak ada lagi yang mengusik ketentraman penghuni asrama ini.

“Yang kusuka dari bapak, aku selalu diajak pergi ke desa ibuku”.

Suatu ketika kami berangkat pada waktu malam hari.  Aku hangat dibungkus jaket hitam dengan bordiran Texas di belakang. Bapak pakai sweater abu-abu. Aku dibonceng bapak menggunakan motor Honda Supra X 105. Kami melaju perlahan. Sorot lampu-lampu  jalan di Sebangkau menimpa kaca speedometerr motor bapak. Samar-samar ku tengok, jarumnya terus bergoyang menuding angka 20-30. Lampu-lampu jalan memang cukup menerangi  kami.

Setibanya di persimpangan balik kanan  menuju Jirak, gelap benar-benar berkuasa. Ku lirik kiri dan kanan  tak ada satu pun bangunan rumah yang berdiri, yang ada hanya hamparan persawahan.

Aku lirik jam arlozi bapak, sudah pukul 12.00  malam. Perasaanku mulai tidak tenang. Angin bertebaran membuat bulu kudukku meriding.  Tiba-tiba jarak pandang sekitar 10 meter aku dan bapak melihat cahaya merah yang bentuknya bulat, berukuran kecil. Cahaya tersebut berposisi diatas orang yang berjalan sendirian. Fenomenan aneh, pikirku! “Orang  berjalan sendirian di tengah malam buta”.
Perlahan kami semakin dekat dengan orang yang berjalan itu dan  cahaya yang berada di atasnya. Tiba-tiba cahaya itu menghilang bagaikan kilat ketika kami berhadapan langsung dengannya.

Aku terus berpikir dan membayangkan tentang benda itu tadi. Apakah itu lampu berwarna merah? “Tidak masuk akal pikirku”. Kalau benda itu bola lampu yang berada di atas kepala orang yang berjalan sendirian dan ditengah gelapnya jalan yang tidak ada satupun penghuni yang mau menempatinya. Aku semakin penasaran dengan kejadian aneh tadi.
Aku jadi ingat pelajaran tadi pagi. Tanpa cahanya kita tidak bisa melihat gelap. Retina mata hanya bisa melihat sesuatu setelah menerima cahaya. Aku tak cukup hanya membuka mata. Tapi aku butuh cahaya untuk melihat. Cahaya ilahi, cahaya penguasa seribu bulan, cahaya lailatul qadar! Aku setengah berteriak. Tapi cahaya itu telah hilang. Melesap!

Setengah jam kami menge
inderai sepeda motor lewat jalan setapak yaitu Jirak. Aku menanyakan kepada Bapak tentang  orang yang berjalan sendirian dan cahaya merah bulat itu. Siapa orang  dan cahaya merah bulat yang berada di posisi di atas kepala orang itu pak?

”Orang dan cahaya merah berbentuk bulat yang berukutan kecil itu merupakan sosok mahluk mahluk halus yang mencoba menakuti kita.”

Cahaya merah itu adalah “mata hantu”. Konon, kata orang tua dulu bilang “kalau bentuknya kecil berarti posisinya dekat, kalau bentuknya besar posisinya jauh”. Sungguh terbalik dari akal pikiran kita.

“Mengapa bisa begitu pak?” sahutku.

“Ya...memang begitulah kuasa Tuhan"
" Mahluk gaib bisa merubah segala bentuk wujud dan bisa saja menyerupai manusia. Kita hanya bisa tawakal kepada Allah dan jauhkan dari mahabahaya.”

Mendengar bapak cerita tentang mahluk halus yang menakuti kami ditengah perjalanan itu. Aku benar-benar kaget. Mukaku pucat. Detak jantung melaju dengan kencangnya. Tentu saja bulu kudukku merinding menahan ketakutan.

Tak terasa kami sudah sampai di rumah. Perasaanku lega dan ingin tidur sepuasnya dan melupakan kejadian aneh tadi.
Ah... hidupku selalu dibayangi oleh horor.. sszzzzzt

Seminggu sudah kami mendiami tempat ini. kami  mulai membiasakan diri untuk beradaptasi dengan lingkungan sekitar, termasuk beradaptasi dengan tetangga sebelah. Dia adalah ibu Hanisah yang telah berumur sekitar 60 tahun. Seorang guru SD yang memiliki semangat yang tinggi dalam menjalani hidup. Suaminya bernama Sanusi yang bekerja sebagai burung bangunan. Meskipun tidak dikarunia anak oleh Allah Subhanallah wa taalla semangat mereka tidak runtuh atas takdir yang telah diberikan.

Kucing adalah bintang kesayangan ibu Hanisah. Baginya kucing adalah teman sejati dan tempat untuk bermain kasih sayang ketika dirudung sepi. Mungkin saja ibu Hanisah ingin mengikuti jejak baginda Nabi Muhammad s.a.w . yang sangat menyayangi kucing.
Kejadian aneh di lingkungan sekolah ini terjadi kembali. Suatu malam pukul 12.00 kucing ibu Hanisah tiba-tiba menangis dengan kerasnya. Kucinya memberontak seperti ada yang menakutinya. Mendengar suara kucingnya yang menangis di tengah malam  ibu Hanisah terbangun dari tidurnya. Kucingnya tiba-tiba keluar dari rumahnya lalu mondar-mandir di sekitar lingkungan sekolah. Sontak ibu Hanisah pun mencari kucingnya itu. Tiba-tiba ketika ibu Hanisah keluar dari rumahnya. Tiba-tiba ia melihat mata yang sangat besar yang berada di samping pemakaman muslim di dekat WC sekolah.

“Astarfirullah allazim.” MATA HANTU...!!!!

Badannya gemetaran, muka pucat dan panik melihat mata hantu itu. Tanpa pikir panjang Ibu Hanisah membacakan ayat kursi dan menghembuskan lantuntan itu.
“Sstttt...mata itu menghilang”
Kucing yang tadi menangis dan memberontak itu tiba-tiba ada di sampingnya. Mereka pun masuk kembali ke rumahnya dengan perasaan yang takut.

Aku jadi ingat perkataan Bapak kemaren.“kalau bentuknya kecil berarti posisinya dekat, kalau bentuknya besar posisinya jauh”. Sungguh terbalik dari akal pikiran kita.

“Mengapa bisa begitu pak”?. Tanyaku..
“Ya...memang begitulah kuasa Tuhan”. Mahluk gaib bisa merubah segala bentuk wujud dan bisa saja menyerupai manusia. Kita hanya bisa tawakal kepada Allah dan jauhkan dari mahabaya"

Benar-bener horor tempat ini. Baru seminggu sudah banyak kejadian aneh yang kami alami. Aku berharap dan berharap semoga arwah yang dikebumikan di pemakaman samping rumahku tidak mengganggu dan menakuti kami dan tidak membalas dendam kepada yang mengusik semasa hidupnya.

-end-

Penulis : Reza Restu











Comments

Popular posts from this blog

Cerita Rakyat Sambas (Pak Saloi Dan Mak Saloi)

Asal Usul Semparuk (Cerita Rakyat Sambas)

Novel Ayah pdf Full - ANDREA HIRATA